Rabu, 28 November 2012

Transmutasi-2




Berbekal setengah ruh, mencoba bangkit berlari
satukan segala tenaga ...
sekali lagi terjatuh, terantuk panas uap jalanan
“Mungkin aku perlu menutup mataku barang satu dua jenak”

Berat hati menuju trotoar peraduan, rebahkan bati-sebati lunglai
di bantal-bantal harap
seribuan kunang mendekat, tak jua mata merapat

Seorang bocah berjingkat
seolah tak lagi kuat, mencekuh sukma pekat
jajarkan dua jari, katupkan di depan mulut
sempoyongan deru mulut berbusa-busa
“Nak, ingatlah Ibu yang tak pernah lelah menitikkan air mata ketika kau tiada di sisinya...”

Darah menyembur di dada
bekas terlewati tajam pisau belati,
darah yang tidak mendapat tempat pergi melewati kerongkongan
keluar dari mulut, meleleh bertemu darah-darah lain
Putih ... semua putih adanya

Sang Bulan mendekat, tersenyum tercekat
rebahkan diri, temani jasad, jasad lemah
tak ada lagi di depan pintu tuk disambut,
tak ada lagi senyuman indah...
menutup jabal jiwa, hanya ruang kosong
sepi, dingin terbujur menghadap kiblat syamali

Solo Mei 2012

0 komentar:

Posting Komentar