Aku masih berdiri di hembusan angan, kala kau mengeja sebuah
peristiwa
dari balik kelelapan yang bersemayam, pada samar riak kecil
di kaki langit
kelu meski tak pernah mampu membisu, melumut membekap sebuah harapan
Senyummu ramah menyapaku,
“Selamat pagi ...”
ah, tak mungkin memarahimu,
karena selalu terselip sepotong rindu
tuk menyampaikan niat, hingga tak kusadari tubuh ini pelan menggeliat
Seharian masih terkawal penat, diam di hamparan batas yang hampir
tak terlihat
tak hendak bersenandung, menatap awan itu kian menggantung
tak pernah terjamah, pelita jalan menuju rumah
Tapak kaki di persimpangan jalan, dapatkah kau piara hidupku?
Sebab hanya satu, hanya sebuah keinginan ... pelan tanggalkan
rentaka fatwa yang terus berdenyut, membarut nyanyian hati
kusimpan mimpi itu
sejenak mengurai malam yang
merisaukan tempat tidurku
kemudian tertawa ke arahku...
kala air liur pagi itupun belum terjamah
0 komentar:
Posting Komentar