Duduk seorang diri di atas tungku yang panas membara
Aneh! Terasa sejuk semilir menyeruak di sela-sela lobang
yang ada di sana
Kurasakan secuil demi secuil kulitku terkelupas nikmat
menambah hebat nyala tungku
Bau sangit menerobos
hidung menuju syaraf menyegarkan jiwa
Aku berdiri, mengambil celana untuk mengganti celanaku yang
telah menjadi abu
Bersimpuh lagi di atas tungku yang mulai redup menjilat
udara
Nyala tungku seketika menggila, mengiring bau sangit lagi,
bau penyejuk sukma
Bosan duduk, mengingatkanku terapi ala negeri tetangga jauh
Di mana seorang teman meniti titian nasib di sana
Aku berdiri dengan dua tanganku, tungku ada di antara dua
lenganku
Aku dekatkan kepalaku di mulut tungku yang mulai redup lagi
Bagai disiram premium yang semakin susah tuk ditentukan nominalnya
itu
Meliuk, menari, membakar segala rambut yang ada di kepalaku
Kulit-kulit kepalaku mengkerut bagai kerupuk yang digoreng
di penggorengan yang terlalu panas
Bau sangit yang jauh lebih kuat seketika beterbangan, mengisi
ruang-ruang udara
Sebagian memasuki rongga-rongga di dalam ruang kepalaku
Membuat tegak binar mataku, hingga seutas senyum tersungging
di mulut terbalikku
Aku bangkit berdiri, siap mengayun langkah meyusuri
dinginnya hati ...
Solo, Mei 2012
0 komentar:
Posting Komentar